Sejarah Persatuan Islam
Ringkasan Sejarah
Jamiyyah Persatuan Islam (PERSIS) lahir di Bandung (1923) dari sebuah study club yang tumbuh menjadi ormas pembaru, mengusung gagasan “kembali kepada Al-Qur’an dan Sunnah” serta pembersihan takhayul/khurafat/bid’ah. Sejak awal, PERSIS menguatkan pendidikan modern dan dakwah argumentatif, memperoleh pengesahan badan hukum (1939), melewati masa penjajahan, lalu bangkit meneguhkan khittah tarbiyah dan dakwah hingga memasuki abad keduanya.
Pendirian PERSIS dari Study Club menjadi Ormas
PERSIS lahir dari forum kajian keagamaan yang berkembang menjadi organisasi kemasyarakatan untuk memperluas diskursus keagamaan. Didirikan oleh K.H.M. Zamzam dan K.H.M. Yunus dengan dukungan saudagar Palembang—start gerakan tajdid di Hindia Belanda.
Slogan Tajdid: Kembali ke Al-Qur’an & Sunnah
Menjawab kemunduran umat (ilmu, ekonomi, politik) dan pengaruh kolonial, PERSIS menggemakan pemurnian akidah dan ibadah—membersihkan praktik takhayul, khurafat, dan bid’ah—seraya membangun tradisi intelektual kritis.
Komite Pembela Islam & Majalah Pembela Islam
Untuk merespons kritik dan memperkuat dakwah argumentatif, PERSIS membentuk Komite Pembela Islam serta menerbitkan majalah Pembela Islam—menjadi medan polemik ide dan rujukan publik.
Jejaring Sekolah Modern Berbasis Islam
PERSIS mendirikan sekolah-sekolah dari anak usia dini sampai menengah untuk memajukan literasi, sains, dan karakter Islam modern; menjadi lokomotif perubahan sosial berbasis pendidikan.
Transformasi ke Ormas Terstruktur
Dari studieclub menjadi organisasi massa dengan tata kelola yang lebih rapi, memperkuat jejaring dakwah, kaderisasi, dan posisi PERSIS di ruang publik.
Perintisan Model Pesantren Modern di Bandung
Integrasi kurikulum agama dan umum, metodologi modern, dan disiplin ilmu memantik lahirnya rujukan pesantren modern di berbagai wilayah Indonesia.
Pengesahan Badan Hukum (A 43/30/20)
Directeur Van Justitie mengesahkan PERSIS (24 Agustus), memberi legitimasi yuridis bagi gerakan dakwah, pendidikan, dan sosial.
Mohammad Natsir Menjadi Ketua PB
Penyempurnaan AD/ART dan penguatan mesin organisasi dilakukan menjelang masa sulit pendudukan. Tradisi intelektual dan publikasi terus dijaga.
PERSIS Dibubarkan oleh Tentara Jepang
Aktivitas organisasi jeda; kader berkiprah di sektor pendidikan dan pemerintahan lokal. Momentum ini menjadi jeda sebelum reorganisasi pascakemerdekaan.
Kebangkitan Kembali PERSIS Pasca Pendudukan
Di bawah M. Isa Anshari, struktur ditata ulang, orientasi perjuangan dipertegas, serta jejaring politik dan dakwah diperkuat untuk menjawab tantangan awal republik.
Mosi Integral & Kembali ke NKRI
Gagasan Natsir memulihkan bentuk negara menjadi NKRI. Spirit persatuan dan tradisi dialektika PERSIS memberi warna penting bagi konsolidasi negara baru.
Front Anti Komunis (FAK) Dideklarasikan
Sikap antikomunisme ditegaskan. Kantor PERSIS menjadi simpul perlawanan ideologis sekaligus pusat mobilisasi wacana politik berbasis iman.
“Manifest Perdjuangan Persatuan Islam”
Dokumen konseptual yang memandu arah perjuangan Jamiyyah; mengikat kerja dakwah, politik, dan sosial dalam kerangka strategis yang terpadu.
Terbit “Tafsir Qanun Asasi Persatuan Islam”
Menegaskan visi tarbiyah dan dakwah; memperjelas garis organisasi serta metodologi pembinaan kader dan layanan keumatan.
“Mandiri Tanpa Mengisolir Diri”
Era A. Latief Muchtar: perluasan cabang dan anggota, pendekatan dakwah persuasif-edukatif, serta keterhubungan dengan kampus-kampus dan dunia internasional.
Berdirinya STAI PERSIS Garut
Wadah pembentukan kader intelektual PERSIS; penguatan riset, bahasa Arab, dan tradisi keilmuan untuk menjawab kebutuhan umat kontemporer.
Natsir Dianugerahi Gelar Pahlawan Nasional
Melalui Keppres 084/TK/2008 (7 November), kontribusi Natsir bagi persatuan dan negara diakui secara resmi; teladan kepemimpinan dan integritas bagi generasi berikutnya.
Ekspansi Luar Jawa & Pemanfaatan Teknologi
Pembentukan PW/PD baru, penguatan unit usaha Jamiyyah, dan diplomasi internasional; dakwah memanfaatkan TI serta konsolidasi organisasi lintas wilayah.
Markaz Dakwah PW & Akselerasi Pesantren
Penekanan pada kualitas dakwah, peningkatan fasilitas pendidikan, dan pencetakan kader dai; karya tulis keilmuan berkembang sangat pesat.
Amanah Transformasi Dakwah Abad Kedua
Terpilihnya Dr. H. Jeje Zaenudin menegaskan fokus implementasi Al-Qur’an & Sunnah dalam pendidikan, organisasi, ekonomi, politik, dan sosial agar manfaat PERSIS kian terasa luas.
Ketua Umum dari Masa ke Masa
Klik Tombol Buku untuk membuka biografi lengkap.








